Selasa, 25 Agustus 2015

kebun kopi Blawan PTPN XII

kebun Blawan PTPN XII Kewalahan Pasok ke Eropa


  Perkebunan kopi belawan di Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kewalahan memenuhi permintaan kopi jenis java arabica ke Eropa. Permintaan pasar biasanya dua kali lipat lebih tinggi, dibandingkan dengan jumlah produksi kopi perkebunan.
[/caption] Sugeng Siswanto, asisten teknik dan pengolahan pabrik kopi Belawan Kamis (10/11/2011), mengatakan, permintaan pasar bisa mencapai 50 ton lebih per tahun untuk java arabica berbiji kecil (S). Jumlah permintaan itu jauh lebih tinggi dari jumlah produksi yang hanya sekitar 21 ton. Demikian pula untuk kopi berukuran besar dan sedang, jumlah permintaan bisa mencapai dua kali lipat, dibandingkan produksi kopi di perkebunan yang rata-rata hanya 20 ton sekali panen. "Rasa kopi ini sangat spesifik dan tergantung selera. Beda ukuran beda rasa. Jadi tak bisa sembarangan. Kadang-kadang produksi kopi belawan banyak yang berbiji besar (X ), tetapi kadang biji kecil (S ) mendominasi. Karena itulah kami kesulitan memenuhi permintaan pasar," kata Sugeng. Menurut Sugeng, dia juga tidak bisa sembarangan mengambil kopi produksi perkebunan lain. Meski perkebunannya sama-sama berada di kaki Gunung Ijen, namun cita rasanya bisa berbeda karena perbedaan ketinggian tanam. Perkebunan kopi Arabica di Ijen, menurut Sugeng rata-rata berada di ketinggian 800-1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun di Belawan, perkebunan kopi bisa mencapai ketinggian 1400 mdpl Bambang, Wakil Manajer Perkebunan Belawan PTPN XII, mengatakan, selama ini 90 persen kopi produksi Belawan diserap pasar luar negeri, di antaranya Belanda, Jerman, hingga Amerika Serikat. Kopi ekspor tersebut masuk dalam kualitas A, dengan berbagai ukuran biji. Harga kopi jenis itu saat ini mencapai 8,4 dollar Amerika Serikat per kilogram (kg). Adapun untuk lokal, biasanya memakai kopi kualitas B dengan harga termurah Rp 20.000 per kg. Selain java arabica, pasar internasional juga berminat dengan kopi luwak dari Ijen. Negara-negara seperti Korea Selatan menjadi pasar baru dari kopi luwak perkebunan Kalisat-Jampit, setelah Jepang dan China. Kopi luwak yang diproduksi di perkebunan Kalisat-Jampit itu juga memakai jenis kopi java arabica. Jumlah produksinya mencapai 8 ton per tahun. Jawa Timur sendiri merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Nusantara. Sejumlah perkebunan kopi diantaranya Belawan dan Kalisat-Jampit dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII. Jumlah total produksi kopi arabica mencapai 2.520 ton per tahun adapun robusta 4.369 ton per tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar