Selasa, 25 Agustus 2015

Kebun Jeruk di Blawan

Kebun Jeruk di Blawan


 Salah satu pengunjung di kebun jeruk Blawan PTPN XII
. Wirawan Bondowoso Awalnya adalah romantisme tentang sebuah kawasan penghasil jeruk. Kemudian adalah tuntutan memperoleh profit korporasi sebesar-besarnya. Jadilah jeruk Tribla. Tribla adalah akronim dari Trigas Blawan. Trigas adalah salah satu varietas jeruk yang dikembangkan di Kebun Blawan, Afdeling Besaran, milik PT Perkebunan Nusantara XII, di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Direktur Produksi PTPN XII Soewarno mengatakan, tanaman jeruk ini merupakan uji coba pengembangan diversifikasi tanaman. Tahun ini, PTPN XII ditargetkan memperoleh revenue Rp 1,5 triliun. Kali ini hortikultura diharapkan menyumbangkan pendapatan, selain empat besar karet, kopi, teh, dan kakao. Kenapa jeruk? Soewarno punya cerita. "Dulu, konon, di Blawan ini tempatnya jeruk. Bahkan ada perkampungan yang diberi nama Kebun Jeruk. Tahun 1990-an, jeruk-jeruk kena virus CVPD, akhirnya hancur semua. Lalu kami mencoba menanam lagi tahun 2008," katanya. Setelah tiga tahun lebih menanti, Kamis (10/5/2012) siang, Direktur Utama PTPN XII Singgih Irwan Basri melakukan panen perdana jeruk Tribla di Kebun Blawan. "Hortikultura ini tanaman sela. Daripada terbengkalai, kita memanfaatkan cekungan dan membikin terasiring," katanya. Selain Trigas yang ditanam sebanyak 283 pohon di atas tanah seluas 1,5 hektare, ada beberapa varietas lain. Tahun 2008, ada 172 pohon jeruk keprok pulung yang ditanam. Tahun 2010 pengelola kebun menanam 239 pohon jeruk Batu 55, dan tahun 2012, giliran 180 pohon keprok Garut yang ditanam. Manajer Kebun Blawan, Arif Wicaksono, mengatakan, pihaknya mengincar pasar lokal, yakni di beberapa supermarket. Harga jual buah lumayan bagus, yakni Rp 15 ribu per kilogram. Satu pohon trigas saat ini bisa menghasilkan 12 kilogram jeruk. Salah satu supermarket besar meminta pasokan 2,5 ton setiap tiga pekan sekali. Namun, Kebun Blawan baru bisa memenuhi lima kuintal. "Jadi ke depan kami yakin masih bisa bersaing dengan jeruk impor," kata Arif. Ada beberapa kelebihan jeruk Blawan. Dari sisi budidaya, jeruk ini dipupuk menggunakan pupuk organik. Dari sisi rasa, rasa manis jeruk ada pada aftertaste (rasa yang tertinggal di lidah). "Brix (jumlah gram zat padat semu yang larut setiap 100 gram larutan) jeruk kami sekitar 12-13 persen. Brix jeruk manis sekitar 10-15 persen," kata Arif. Saat ini, yang paling dikhawatirkan Soewarno adalah munculnya kembali penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Soal lahan, ia tak terlampau khawatir akan mengurangi lahan kopi. "Ada inter-cropping. Jadi nanti tanaman lamtoro sebagai penaung akan diganti dengan jeruk," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar